Guyup rukun Slogan kita
kebersamaan. Bila dalam suatu komunitas semua
orang memiliki rasa “guyub” ini, alangkah indahnya hidup di dunia. Semua saling bantu membantu, baik berupa tenaga, dana maupun nasihat.
Semua ikhlas tanpa pamrih, tidak mengharapkan balasan. Bahkan kalau tidak ikut “cawe-cawe” membantu mereka akan merasa bersalah.
Sifat guyub ini masih belum hilang dari kehidupan bermasyarakat di negara kita,
paling tidak di desa-desa, khususnya di desa yang masih termasuk kategori “ndeso kuthuk”, desa yang terpencil, desa yang menamakan dirinya “adoh ratu cedhak watu” (jauh dari ratu dekat dengan batu).
Dalam kehidupan kota mungkin sifat guyub
sudah terkikis bahkan bisa hilang.
Kalau “guyub” adalah kebersamaan
dalam mengerjakan apa saja secara
bersama-sama, maka RUKUN adalah
hidup tanpa pertikaian.
Tidak ada orang bertengkar, atau berbeda
pendapat. Kalau terjadi sesuatu semuanya
diselesaikan melalui musyawarah yang pasti mufakat. Bahkan kalau perlu mufakat tanpa musyawarah. Dalam bahasa Jawa ada ungkapan “Rukun agawe santosa,
crah agawe bubrah” ( Rukun membuat kita kuat, pertentangan membuat kita bubar ), Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah.
Peribahasa ini merupakan salahs atu sikap hidup orang jawa yang mendambakan kerukunan dan kedamaian di masyarakatnya.
Dengan adanya kerukunan membuktikan bahwa setiap warga masyarakat memiliki kesamaan sikap dan pendapat. Maka, tidak mengherankan jika situasi kondisi di sana ayem tentrem. Kehidupan warga damai sejahtera, gotong royong berjalan dengan baik.
Jauh berbeda jika sering terjadi cekcok.
Pasti situasinya juga akan panas,
karena banyaknya permusuhan dan pertengkaran yang tidak pernah berhenti. Ungkapan ini mengisyaratkan bagaimana sesungguhnya cita-cita hidup orang Jawa. Yaitu, kehidupan yang damai sejahtera, aman tentram, dan bahagia. Soalnya, orang Jawa tidak menyukai konflik. Menurut pandangan mereka, konflik itu tidak berguna, bahkan merusak. Sebab, semua masalah bisa dibicarakan sambil duduk bersama. Jika ada masalah, segera saja
diselesaikan dengan kepala dingin dan musyawarah, pasti selesai. Sejak lama, orang jawa menyadari rusak atau tentramnya kehidupan di setiap lingkungan bukan ditentukan oleh orang luar, tetapi oleh warga setempat. Artinya, jika mereka ingin rukun, kerukunan akan terbangun. Apabila mereka suka cekcok, persatuan dan kesatuan warga pun perlahan akan rontok.
Mungkin bapak ibu masih ingat ceritera laki-laki tua yang sedih karena anak-anaknya senantiasa berkelahi. Suatu saat laki-laki tua itu mengumpulkan semua anaknya. Ia membawa sapu lidi, lalu dilepas ikatannya. Satu-persatu mereka disuruh mematahkan lidi yang sudah lepas dari ikatan. Tentusaja lidi itu amat mudah dipatahkan. Kemudian si bapak mengikat kembali sapu lidi itu. Tidak ada satupun diantara anaknya yang mampu mematahkan lidi yang kini terikat jadi satu.
Pelajaran yang diperoleh dari ceritera ini
adalah “Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah”. Bubrah seperti “sapu ilang suhe” (suh: pengikat sapu). Sapu yang kehilangan pengikat akan tercerai berai sekaligus tidak punya kekuatan. Andaikan hal ini terjadi dalam keluarga maka keluarga akan menjadi berantakan. Bagaimana kalau terjadi dalam kehidupan bermasyarakat
Kata “Guyub” dan “Rukun” bisa digunakan secara terpisah atau disatukan menjadi“ Guyub Rukun”. Sebaiknya memang disatukan.
“Guyub” belum tentu “rukun ” demikian
pula ”rukun” belum tentu “guyub”.
Di saat dunia yang semakin tua dan banyak
kekerasan ditengah kerasnya hidup, alangkah sejuknya “guyub rukun”. Masih bolehkah kita mendambakan bahwa suatu saat masyarakat kita akan kembali memiliki semangat “ Guyub Rukun” ini? Jangan hanya kata "guyup rukun" hanya jadi slogan, tetapi dalam kenyataannya berbeda dan jauh dari slogan tersebut.
Kita harus yakin semangat itu masih ada.
Paling tidak kata “Guyub” dan “Rukun”
masih banyak dipakai. Bukankah banyak
Organisasi yang menggunakan nama
“ Paguyuban” , demikian pula kata “Rukun”.
Rukun hidup berdampingan dengan saudara, tetangga, dan juga dengan masayarakat.
Visi
Membimbing dan mewujudkan rasa
kebersamaan yang tinggi dalam
bermasyarakat untuk terciptanya kerukunan,
keutuhan, kedamaian dan rasa aman dalam
kehidupan bermasyarakay yg sejahtera
Misi
1. Menghimpun warga dalam menciptakan
suasana yang penuh rasa gotong royong,
kebersamaan dan kekeluargaan
2. Memperkokoh rasa Kesatuan dan Persatuan
warga RT 9 dan warga di sekitarnya
3. Memperjuangkan kepentingan dan
kesejahteraan warganya
4. Meningkatkan peran dan partisipasi
warga dalam menciptakan ketertiban
dan keamanan wilayahnya
Motto
Guyub, Rukun, Utuh, Damai, Aman dan Sejahtera
Komentar
Posting Komentar